Home

Putih. Benderang. Silau. Entah dimana ini, ku tak tau. Hanya putih dan sinar melebihi sinar mentari.
Mengapa kamu bunuh diri? Seseorang bertanya mengejutkanku. Entahlah, tapi saya rasa saya tidak pernah bunuh diri. Memangnya aku bodoh membunuh diri ku sendiri? dan aku pun tak pernah ingat kalau aku bunuh diri. Tersenyum lelaki itu menjawab. Bukankah kamu pernah membatin ingin mati saja? Tertegun ku mendengarnya. Memang saya pernah membatin, tapi saya tidak pernah benar-benar membunuh diri saya sendiri, dan siapa bapak ini? Kenapa bisa tau apa isi hati saya?. Tersenyum lagi lelaki itu mendengar pertanyaanku, entah apa yang membuat itu lucu. Mengapa kamu berpikir untuk mati saja?. Karna saya merasa tak ada lagi yang menyayangi saya. Tak ada lagi yang benar-benar tulus pada saya. Kujawab dengan apa yang ku rasa. Benarkah itu?lalu bagaimana dengan orang-orang disekitar mu bila kamu tiada?. Kukenang kembali semua. Rumah ku. Orangtua ku. Saudara-saudara ku. Teman ku. Juga Dia, lelaki ku. Orang-orang yang ku sayang. Benar, bagaimana dengan orangtua ku?yang mengenalku sejak aku bayi?. Juga saudara-saudara ku yang begitu benar-benar ku sayangi?. Terlebih lagi Dia dan teman-teman ku. Apa mereka semua akan bersedih bila aku mati?. Sebenarnya dimana ini, Pak? Tanya ku setelah tertegun lama. Dimana pun kamu inginkan, Nak. Tersenyum lagi lelaki itu. Senyum yang menyejukkan. Untuk hati yang sekelam hati ku, senyum dan suara lelaki itu benar-benar menyejukkan.
Terbangun tiba-tiba. Mendapati orang-orang yang ku sayang mengelilingiku, menangis juga cemas dan khawatir. Belum sedetik, ibu menangis mencium wajahku. Memelukku. Berkata padaku. Entah apa. Aku tak mengerti. Mereka  bergantian memlukku. Mengucap syukur pada Tuhan yang mengembalikan ku. Menetes pula air mata ku. Bersyukur pada Tuhan yang memberi ku jalan. Juga membuka hati ku. Membuatku sadar. Bahwa mereka menyayangi ku.


:: hanya cerita


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 jejak: